CINTA berarti aku peduli pada kesejahteraan orang yang aku cintai. Dalam ketulusanku, kepedulianku bukan untuk mengikat seperti barang yang kumiliki, Sebaliknya aku peduli pada pertumbuhan dan aku berharap semoga ia menjadi apapun yang ia inginkan, sekalipun aku harus merasakan ketidaknyamanan dalam menjalani waktu.
CINTA berarti memiliki rasa hormat terhadap harga diri orang yang aku cintai. Aku bisa melihatnya sebagai seseorang yang terpisah dariku, dengan nilai-nilainya, pikiran-pikirannya dan perasaan-perasaannya dan aku tidak memaksakan untuk menyerahkan identitasnya, menyesuaikannya pada citra yang aku harapkan.
CINTA berarti memiliki tanggung jawab terhadap orang yang aku cintai. Bila aku mencintainya, aku responsive terhadap kebutuhan-kebutuhannya sebagai satu pribadi. Tanggung jawab ini tidak mengikatku untuk melakukan sesuatu yang ia bisa lakukan sendiri. Ia hanyalah untuk menyandarkanku akan siapa aku dan apa yang aku lakukan untuknya, dengan begitulah aku kemudian langsung terlibat dalam kebahagiaan dan kesulitannya.
CINTA berarti tumbuh bagiku bersama orang yang aku cintai. Bila aku mencintainya, aku menjadi tumbuh karena cintaku. Ia menjadi stimulan bagiku guna memenuhi keinginanku mewujudkan diriku yang kuinginkan, demikian pula cintaku akan meningkatkan kesadaran pada dirinya. Masing-masing tumbuh karena kepedulian kita dan karena kita dipedulikan.
CINTA berarti membuat komitmen kepada orang yang aku cintai. Komitmen itu tidak berarti penyerahan diri secara total masing-masing pribadi, bukan pula berarti bahwa hubungan harus permanen. Komitmen ini mengandung keinginan untuk selalu bersama-sama di saat-saat sedih, saat-saat sulit, saat-saat melewati suatu perjuangan dan kepedihan, sebagaimana tetap bersama dalam ketenangan dan kebahagiaan.
CINTA berarti mungkin aku terluka bila aku membuka diri karena percaya padanya, aku mungkin akan mengalami kesedihan, penolakan, atau kehilangan. Karena ia tidak sempurna, ia mempunyai kapasitas untuk melukaiku, dan tidak ada jaminan dalam cinta.
CINTA berarti mempercayai orang yang aku cintai. Bila aku mencintainya, aku percaya ia akan menerima kepedulianku dan cintaku, serta keyakinan bahwa dia tidak akan melukaiku dengan sengaja. Aku percaya ia akan melihatku sebagai seseorang yang layak dicintai dan ia tidak akan mengabaikanku.
CINTA bisa mentolelir ketidaksempurnaan. Dalam sebuah hubungan cinta ada saat-saat bosan, saat ketika ingin rasanya aku menyerah saja, saat-saat sulit dimana aku nyaris tidak mampu bertahan, namun aku masih memiliki kemampuan untuk mengingat apa yang sama-sama pernah kami miliki di masa yang lalu dan bahwa aku bias membayangkan apa yang akan aku dapatkan di masa depan seandainya kami cukup berani menghadapi masalah-masalah kami dan memecahkannya bersama-sama.
CINTA itu memebebaskan. Cinta diberikan secara bebas tidak diserahkan karena permintaan.
CINTA itu meluas. Bila aku mencintainya, aku mendorongnya untuk membentuk dan mengembangkan hubungan-hubungan yang lain. Sekalipun hidup kami untuk satu sama lain, dan komitmen kami berdua menjadi inti dari apa yang kami lakukan, tetapi kami tidak secara total dan eksklusif terikat satu sama lain. Kami adalah pribadi-pribadi yang interdependen yang membutuhkan kehadiran yang lain untuk memenuhi takdir kami. Sekalipun demikian, kami juga individu yang terpisah. Kami harus berjuang atas nama kami sendiri.
CINTA berarti mengidentifikasikan diri dengan orang yang aku cintai. Bila aku mencintainya, aku bisa berempati padanya dan melihat dunia melalui matanya. Aku bisa mengidentifikasikan diri padanya karena aku bias melihat diriku di dalam dirinya dan dirinya di dalam diriku. Kedekatan ini tidak berarti sebuah kebersamaan yang terus menerus, karena jarak dan keterpisahansering kali esensial dalam hubungan percintaan. Jarak dapat memperkuat ikatan cinta dan ia akan membantu kami menemukan kembali diri kami sehingga kami bisa bertemu lagi dalam sebuah cara yang baru.
CINTA itu selfish. Aku hanya bisa mencintainya bila ia secara tulus mencintai, menilai, menghargai, dan menghormati diriku sendiri. Bila aku kosong, maka yang aku bisa berikan adalah kekosonganku.
CINTA yang matang adalah kesatuan dalam menjaga integritas tiap orang, individualitas masing-masing. Dalam cinta paradox ini terjadi: bahwa ketika dua manusia menjadi satu mereka tetaplah dua.
CINTA yang paling esensial adalah cinta kepada Sang Maha Pencipta, kemudian kepada Rasulnya. Karena cinta ini tidak akan termakan oleh waktu. Cinta ini abadi. Maka janganlah mencintai sesuatu melebihi cintamu kepada Tuhanmu dan RasulNya.
CINTA berarti memiliki rasa hormat terhadap harga diri orang yang aku cintai. Aku bisa melihatnya sebagai seseorang yang terpisah dariku, dengan nilai-nilainya, pikiran-pikirannya dan perasaan-perasaannya dan aku tidak memaksakan untuk menyerahkan identitasnya, menyesuaikannya pada citra yang aku harapkan.
CINTA berarti memiliki tanggung jawab terhadap orang yang aku cintai. Bila aku mencintainya, aku responsive terhadap kebutuhan-kebutuhannya sebagai satu pribadi. Tanggung jawab ini tidak mengikatku untuk melakukan sesuatu yang ia bisa lakukan sendiri. Ia hanyalah untuk menyandarkanku akan siapa aku dan apa yang aku lakukan untuknya, dengan begitulah aku kemudian langsung terlibat dalam kebahagiaan dan kesulitannya.
CINTA berarti tumbuh bagiku bersama orang yang aku cintai. Bila aku mencintainya, aku menjadi tumbuh karena cintaku. Ia menjadi stimulan bagiku guna memenuhi keinginanku mewujudkan diriku yang kuinginkan, demikian pula cintaku akan meningkatkan kesadaran pada dirinya. Masing-masing tumbuh karena kepedulian kita dan karena kita dipedulikan.
CINTA berarti membuat komitmen kepada orang yang aku cintai. Komitmen itu tidak berarti penyerahan diri secara total masing-masing pribadi, bukan pula berarti bahwa hubungan harus permanen. Komitmen ini mengandung keinginan untuk selalu bersama-sama di saat-saat sedih, saat-saat sulit, saat-saat melewati suatu perjuangan dan kepedihan, sebagaimana tetap bersama dalam ketenangan dan kebahagiaan.
CINTA berarti mungkin aku terluka bila aku membuka diri karena percaya padanya, aku mungkin akan mengalami kesedihan, penolakan, atau kehilangan. Karena ia tidak sempurna, ia mempunyai kapasitas untuk melukaiku, dan tidak ada jaminan dalam cinta.
CINTA berarti mempercayai orang yang aku cintai. Bila aku mencintainya, aku percaya ia akan menerima kepedulianku dan cintaku, serta keyakinan bahwa dia tidak akan melukaiku dengan sengaja. Aku percaya ia akan melihatku sebagai seseorang yang layak dicintai dan ia tidak akan mengabaikanku.
CINTA bisa mentolelir ketidaksempurnaan. Dalam sebuah hubungan cinta ada saat-saat bosan, saat ketika ingin rasanya aku menyerah saja, saat-saat sulit dimana aku nyaris tidak mampu bertahan, namun aku masih memiliki kemampuan untuk mengingat apa yang sama-sama pernah kami miliki di masa yang lalu dan bahwa aku bias membayangkan apa yang akan aku dapatkan di masa depan seandainya kami cukup berani menghadapi masalah-masalah kami dan memecahkannya bersama-sama.
CINTA itu memebebaskan. Cinta diberikan secara bebas tidak diserahkan karena permintaan.
CINTA itu meluas. Bila aku mencintainya, aku mendorongnya untuk membentuk dan mengembangkan hubungan-hubungan yang lain. Sekalipun hidup kami untuk satu sama lain, dan komitmen kami berdua menjadi inti dari apa yang kami lakukan, tetapi kami tidak secara total dan eksklusif terikat satu sama lain. Kami adalah pribadi-pribadi yang interdependen yang membutuhkan kehadiran yang lain untuk memenuhi takdir kami. Sekalipun demikian, kami juga individu yang terpisah. Kami harus berjuang atas nama kami sendiri.
CINTA berarti mengidentifikasikan diri dengan orang yang aku cintai. Bila aku mencintainya, aku bisa berempati padanya dan melihat dunia melalui matanya. Aku bisa mengidentifikasikan diri padanya karena aku bias melihat diriku di dalam dirinya dan dirinya di dalam diriku. Kedekatan ini tidak berarti sebuah kebersamaan yang terus menerus, karena jarak dan keterpisahansering kali esensial dalam hubungan percintaan. Jarak dapat memperkuat ikatan cinta dan ia akan membantu kami menemukan kembali diri kami sehingga kami bisa bertemu lagi dalam sebuah cara yang baru.
CINTA itu selfish. Aku hanya bisa mencintainya bila ia secara tulus mencintai, menilai, menghargai, dan menghormati diriku sendiri. Bila aku kosong, maka yang aku bisa berikan adalah kekosonganku.
CINTA yang matang adalah kesatuan dalam menjaga integritas tiap orang, individualitas masing-masing. Dalam cinta paradox ini terjadi: bahwa ketika dua manusia menjadi satu mereka tetaplah dua.
CINTA yang paling esensial adalah cinta kepada Sang Maha Pencipta, kemudian kepada Rasulnya. Karena cinta ini tidak akan termakan oleh waktu. Cinta ini abadi. Maka janganlah mencintai sesuatu melebihi cintamu kepada Tuhanmu dan RasulNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar anda.....